Kamis, 26 September 2013

SOLUTIO PLASENTA


A.    solutio plasenta
a.       Pengertian
1.      Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir.
2.      Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir.
3.      Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

b.      Penyebab
Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya adalah :
1.    Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak
2.    Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi gizi
3.    Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain
4.    Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
5.     Uterus yang sangat mengecil (hydramnion/ gemeli) obstruksi vena kava inferior dan vena ovarika
Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :
1.    Umur lanjut
2.    Multiparitas
3.    Defisiensi ac. Folicum
Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam decidua basalis, terjadilah hematoma dalam decidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Hematoma ini makin lama makin besar, sehingga bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal. Akhirnya hematoma mencapai pinggir placenta dan mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim.

c.       Gejala dan macamnya
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian placenta yang terlepas.
1.   Solusio plasenta ringan
a)         Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
b)         Tidak memberikan gejala klinim yang ditemukan setelah persalinan
c)         Keadaau umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d)        Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
2.        Solusio plasenta sedang
a)      Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b)      Dapat menimbulkan gejala klinik.
Ø  Perdarahan dengan rasa sakit
Ø  Perut terasa tegang
Ø  Gerak janin berkurang
Ø  Palpasi bagian janin sulit diraba
Ø  Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
Ø  Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
Ø  Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3.        Solusio plasenta berat
a)      Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
b)      Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
Penyulit pada ibu :
Ø  Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat.
Ø  Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
Ø  Pada pemeriksaan ditemukan penurunan tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis.
Ø  Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut terasa sakit, dan janin telah meninggal dalam rahim.
Ø  Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
Ø  Solusio plasenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.

Jenis solusio plasenta  menurut Manuaba (2008: 85):
a)      Ringan, perdarahan <500 cc dengan lepasnya plasenta <1/5 bagaian
b)      Sedang, perdarahan sekitar 1000cc dengan llepasnya palsenta antara ¼ -2/3 bagain
c)      Berat, lepasnya plasenta melabihi 2/3 bagian

d.      Penanganan
Penanganan solusio plasenta menurut Manuaba (1998:260-261) :
1.    Solusio plasenta ringan
a)      Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
b)      Keadaan janin masih dapat dilakukan penanganan konservatif.
c)      Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat, dengan janin yang masih baik dilakukan sectio cesaria.
d)     Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan perawatan inap
2.    Solusio plasenta tingkat sedang dan berat.
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah :
a)      Pemasangan infus dan tranfusi darah.
b)      Memecahkan ketuban.
c)      Induksi persalinan atau dilakukan SC.
Oleh karena itu, penanganan solusio plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.
3.    Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta.
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
a)      Pemasangan infus
b)      Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
c)      Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
d)     Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
e)      Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama
Pertolongan solusio plasenta di RS menurut Marmi (2011:80-81) :
-          Transfusi darah
-          Pemecahan ketuban
-          Infus oksitosin
-          Di SC, jika perlu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar